Burning (2018)

Hidup adalah sebuah misteri

Sutradara & Penulis : Lee Chang dong & Oh Jung mi

Producer : Lee Joon dong, Lee Chang dong

Tanggal rilis : 17 Mei 2018 (di Korea Selatan)

Produksi : Pinehouse Film, Now Film, NHK

Sinematografi : Hong Kyung pyo

Genre :  Misteri psikologi- drama-Thriller

Durasi : 148 menit

Cerita dari : “Barn Burning”- Haruki Murakami

 

Pemain :

Yoo Ah in (Sebagai Lee Jong su)

Steven Yeun (Sebagai Ben)

Jeon Jeng seo (Sebagai Shin Hae mi)

 

Sinopsis :

Jong-su tidak sengaja bertemu seorang gadis (Haemi) yang dulu tinggal di lingkungan yang sama dengannya, yang memintanya untuk merawat kucingnya saat ia melakukan perjalanan ke Afrika. Ketika kembali, dia memperkenalkan Ben, seorang pria misterius yang ia temui disana, yang mengaku memiliki hobi membakar greenhouse.

 

*Hola!! Bertemu kembali dalam sesi ONReview, kali ini yang akan saya bahas adalah salah satu film dari negeri Ginseng, Korea Selatan. Memang terlambat untuk dibahas, tapi mendadak saya pengin ngebahas film ini ke blog Reka, saya merasa seperti habis dibodohi oleh film ini. 

Burning, menjadi salah satu film yang cukup banyak dibicarakan pada akhir tahun 2018 silam, tidak lama setelah film ini resmi dirilis. Absurd sekaligus ambigu, dan butuh mencerna lebih dalam mengenai film ini. Oke, gak lupa, perlu saya ingatkan bahwa tulisan di bawah adalah murni opini pribadi penulis soal film Burning. Saya tidak mencampurkan pandangan saya dengan teori apapun, hanya ingin melampiaskan keresahan dan pendapat pribadi melalui tulisan. Tolong dimaklumi jika terdapat kalimat-kalimat ambigu selama kalian membaca ulasannya  ;D

 

Garis besar dari kisah dalam film Burning

Sebelum menuliskan kesan dan pendapat saya soal film ini pertama, saya ingin menyampaikan bahwa film Burning merupakan karya yang diadaptasi dari salah satu cerpen Haruki Murakami yang berjudul Barn Burning, yang pada akhirnya sutradara Lee Chang dong berani mengadaptasinya ke layar lebar dan mendapat beberapa penghargaan atas pencapaiannya mengemas film Burning dengan baik bagi beberapa penikmat film.

Secara garis besar, keseluruhan cerita ini sudah sesuai dengan apa yang saya tuliskan pada sinopsis. Seorang pemuda bernama Lee Jong su, bertemu dengan gadis ceria dan menyenangkan bernama Shin Hae mi dan ia jatuh cinta pada gadis tersebut. Pertemuan yang tidak disengaja, saat itu Jong su sedang bekerja sebagai kurir dan bertemu dengan Hae mi yang bekerja sebagai SPG di salah satu toko elektronik. Pada pertemuan itu Jong su sama sekali tidak familiar bagaimana sosok Hae mi yang sekarang cukup berbeda dengannya yang dulu, dan Hae mi mengaku bahwa ia menjalani operasi plastik.

Perlahan, hubungan mereka semakin dekat, sampe akhirnya Jong su diajak main ke apartemen Hae mi. Disini mulai muncul keanehan. Buat kalian yang sudah membaca beberapa karya nya Haruki Murakami, kalian akan mengetahui keganjilan yang pertama kali muncul adalah “kehadiran kucing” di apartemen Hae mi, kehadiran kucing sudah menjadi ciri khas mencolok yang sering dipaparkan dalam kisah yang dibawa oleh beliau. 

Gak lama setelah itu, Hae mi mengabarkan Jong su bahwa ia akan pergi mengunjungi Afrika untuk berlibur. Balik dari Afrika, Haemi memperkenalkan seorang pria “Mapan” bernama Ben kepada Jong su. Seorang pemuda yang hampir punya segala nya, kaya, tampan dan berbakat. Berbanding terbalik dengan Jong su yang tidak memiliki itu semua, kecuali bakat menulis yang mungkin menjadi bakat tunggal yang dimiliki Jongsu.

Setelah Haemi membawa Ben ke hadapan Jongsu dan juga penonton, kejanggalan-kejanggalan mulai terjadi. Jongsu memang gak tau hubungannya Ben dengan Haemi itu apa dan bagaimana, Jongsu semakin ngerasa aneh dan curiga dengan situasi yang ada di hadapannya.

Kejanggalan itu kembali berlanjut saat Ben bercerita bahwa ia mempunyai hobi yang aneh, yaitu membakar greenhouse / rumah kaca tanpa ada niatan khusus, ia juga bilang kalau target yang akan terbakar berikutnya adalah greenhouse didekat rumah Jongsu. Mendengar hal ini Jongsu cukup penasaran dan ingin menyelidiki langsung. Tapi, apa yang didapat? Nihil. Gak ada rumah kaca terbakar di dekat rumah Jongsu. Dan gak lama setelah kejadian itu, Haemi tiba-tiba menghilang…..

 

Opini saya…

Oke. Jadi. Saya pun agak kesal dengan film ini. saya gak tahu harus bereaksi seperti apa setelah melihat endingnya. Alurnya sangat lambat, ciri khas cerita Haruki terlihat jelas di dalam film Burning. Bahkan saya sempat mogok untuk menyelesaikan filmnya, beberapa bulan yang lalu di tahun 2020 saya baru sanggup menamatkan film yang berdurasi 2jam lebih. Dan apa yang sebenarnya terjadi dalam film ini???

Saya kira film ini hanya berkisar antara kisah romansa Jongsu dan Haemi, tapi ternyata tidak, apalagi setelah melihat poster filmnya dan melihat sosok lain diantara mereka berdua. Pertanyaan-pertanyaan seperti ; kemana perginya Haemi? Siapa sebenarnya sosok asli dari Ben? Apakah dia yang menculik Haemi? Apakah kucing Haemi beneran ada atau hanya khayalan? Kenapa Ben nyeritain hobinya yang aneh ke orang lain? jangan-jangan doi psikopat? Atau memiliki gangguan kejiwaan lainnya? apakah kisah mereka bertiga adalah kisah yang sesungguhnya? Atau jangan-jangan ini semua hanyalah cerita fiksi yang ditulis oleh Jong su??? Hahahaha.

Saya pun tidak tau jawaban pastinya. Seperti yang Jongsu pernah bilang pada satu adegan dalam film ini, bahwa Hidup itu sendiri adalah misteri. Saya setuju, sama halnya dengan 2 tokoh utama disini, Haemi dan Ben dengan kehidupan mereka yang penuh dengan keanehan. Kisah dalam film Burning seperti meninggalkan jejak-jejak petunjuk yang masih bersembunyi dengan anggun. Tidak ada yang pasti dengan jelas, apakah Haemi adalah benar teman masa kecil Jongsu? Apakah Haemi benar menghilang? Mungkin saja ia hanya menghindar dari Jongsu dan Ben? Semua itu masih menjadi misteri..

Lalu ada Ben, sosok yang meninggalkan banyak keanehan dalam benak Jongsu, yang mungkin saja ia adalah pria pembohong yang bersembunyi di balik kekayaan hartanya, penonton juga gak dikasih tau apa pekerjaan yang digeluti Ben sampe bisa jadi sekaya itu. Bisa juga dia memang anak orang kaya yang memiliki usaha temurun dari Orang tuanya #maybewhoknows?   Dan memiliki akses untuk melakukan apapun dibalik pesonanya … baik itu pekerjaan yang bersifat selingan, memenuhi kesenangan atau …. Lainnya (saya jadi ikutan suudzon), atau bisa aja kebalikannya, asumsi saya yang keliru? …….

Kemudian, Jongsu. Ia adalah seorang pria lulusan jurusan sastra (kalo gak salah) yang tinggal di desa yang miskin, pekerjaan Jongsu serabutan, dan Ayahnya memiliki masalah dengan Anger management, ibunya meninggalkan mereka berdua. Yah, pokoknya penampakannya Jongsu itu kayak “Hidup segan mati tak mau”, ia seperti tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya.

Harus saya akui akting dan perawakannya Yoo ah In bener-bener lekat, cocok banget memerankan karakter seperti Jongsu.

Saya gak tau harus berkomentar apalagi, tapi menurut saya, film ini seperti ingin menjelaskan apa yang pernah Jongsu katakan bahwa  “hidup itu penuh dengan misteri”, 

manusia gak ada yang bener-bener tahu pasti dengan apa yang akan terjadi pada diri kita, teman, pacar, keluarga, di esok hari, atau bahkan beberapa jam setelah bertemu dengan mereka. Burning ,juga menyiratkan kemarahan yang ada pada diri Jongsu, sesaat ia mengetahui Haemi menghilang dan melampiaskan asumsinya kepada Ben. Padahal ia gak punya bukti nyata , apakah benar bahwa Ben melakukan kejahatan terhadap Haemi. Juga, kefrustasian Jongsu terhadap kehidupannya yang sial, dari segi ekonomi, pekerjaan, keluarga, dan relasi antara dirinya dengan orang lain.


Bagian-bagian yang disampaikan dalam film mungkin memberikan petunjuk yang harus diulik kembali, dan malah menjadi pertanyaan besar atas apa yang dialami oleh Jongsu  bersama dua tokoh lainnya. Memang aneh, saya yang gak terbiasa dengan film seperti ini, rasanya otak saya sering mengepul melihat adegan dan dialog yang membuat dahi saya berkerut resah.

Saya cukup menikmati film nya setelah saya memang berniat untuk menyelesaikannya, dan ternyata saya jadi sadar kalau saya lebih nyaman jika otak saya yang dipermainkan dibanding emosi saya dalam hal menonton film :p, bahkan setelah selesai menonton Burning, saya masih memiliki beberapa imajinasi yang saya buat sendiri. Terutama soal sosok Ben dan akhir dari cerita ini. Kalian akan tahu maksud saya, setelah kalian menyaksikan filmnya.

Ah ya, saya punya referensi menarik terkait film Burning. Berisi sesi wawancara yang diisi oleh sutradara Lee Chang dong. Berikut Linknya akan saya taruh dibagian paling bawah dari tulisan ini.

Terakhir…

Saya merekomendasikan film Burning teruntuk kalian yang sangat menyukai film Misteri-drama beserta unsur keanehan di dalamnya. Film ini seperti mengoyak fungsi otak kiri dan juga meninju fungsi  emosi secara bersamaan #halahlebayamat. Pertarungan yang manusiawi, antara logic thinking dan perasaan yang bergerumul disekitarnya. Terlihat saat Jongsu yang sudah kehabisan akal soal hilangnya Haemi, dan semua petunjuk nya mengarah pada Ben, disitulah saya merasa sisi emosi Jongsu mengendalikan semua tindakan yang ia lakukan di akhir cerita. Disisi lain, penonton juga tidak mengetahui pasti kebenaran dalam cerita, apakah benar kenyataan atau asumsi belaka, misteri yang dibiarkan menggantung begitu saja.

Tapi, semua opini ngasal saya ini kembali saya serahkan kepada penonton yang sudah pernah menonton film Burning.  Boleh banget lho kalian berbagi pemikiran tentang filmnya, silahkan tinggalkan jejakmu di kolom komentar………. 😃




Link informasi:

 Wawancara Lee Chang dong

Comments

  1. Duh duh Kak Reka, aku kalau ada film yang bikin bertanya-tanya suka gemmaasshh sendiri! Mungkin karena aku lebih suka sama yang pasti-pasti aja kali haha. Makanya kalo nonton drama atau film pasti ku tengok dulu reviewnya, happy ending nggak? Nggantung nggak? Seriously, aku paling takut kalau nonton film tapi sad ending atau yah menimbulkan banyak pertanyaan. 😂

    Tapi kadang aku harus menampar diri sendiri bahwa hidup itu tidak seindah plot drama atau film Korea yang happy ending. Life must be realistic. Mungkin bener juga kata Kak Reka bahwa Jongsu pengin menegaskan kalau hidup penuh dengan misteri/unpredictable.

    Eh tapi Kak, kan itu Jongsu ternyata nggak nemuin green house yang mau dibakar kan? Atau jangan-jangan Jongsu sebenernya bikin khayalan sendiri? Duh maap ga tau istilahnya apaan. 😂 Kek semacam pelarian dari kenyataan karena idup Jongsu yang serba melelahkan? Jadi entah Haemi atau Ben, salah satu diantara mereka adalah tokoh rekaan di pikiran Jongsu? Wkwkw ngaco banget imajinasiku 😂😂😂 Makanya pas di ending tiba-tiba Haemi hilang. Duh kenapa aku mala kesini-sini 😂😂 Tapi, ya siapa tahu? Ya kan?? Wkwk *minta dimaklumi 🤭

    Btw aku ngfans sama Yoo Ah In loh Kak! Dulu, sekarang biasa aja. Wkwkwk 😂

    Lastly, cocok sama judulnya "Burning" otak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Syifaaaa

      aku kebalikannya dari kamu hahah, akhir-akhir ini suka film yang endingnya gantung atau bahkan aneh.
      anyway, bisa ada benernya juga asumsi kamu Syiif, bisa aja Ben itu rekaannya si Jongsu ya.... atau wujud impiannya dia #halah, makin dipikirin dugaan kita makin absurd :p, n tapi ya kalo kamu mau nonton ini ada satu adegan aneh lainnya sih di menit-menit akhir, pengin spoiler jadinya lol

      Hoho, tapi Yoo disini emang cocok banget memerankan karakter cowo yang hopeless gitu Syif wkwkwk.

      Delete
  2. Baru baca ini aja udah terasa banget misterinya. Apalagi tokoh Ben itu. Punya hobi yang nggak wajar. Malah dikasih tau orang lain pula wkwk.

    Hmm, aku jadi penasaran maksud dari film ini apa. Sebelumnya aku gak pernah baca karya Haruki Murakami sih kak. Jadi nggak tau juga si penulis ini ranah tulisannya ke mana XD Tapi lumayan banyak jg teman-temanku yg udah baca buku beliau. Mungkin suatu hari nanti aku bakal baca juga.

    Tapi pasti keren ya ceritanya, dan kayaknya berat juga nih filmnya wkwk. Niatnya menghibur diri nanti malah jadi mikir keras hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Mithaaaaa

      Coba baca miiit, tapi sebenernya pas awal baca bukunya beliau, aku kurang cocok sih, ada unsur surrealis dan magis yang mendominasi di beberapa karyanya, tapi unsur misteri nya itu yang bikin nagih, walau alurnya terbilang lambat.

      Iya betul miit, durasinya juga panjang, 2 jam lebih, sampe aku bagi 2 bagian buat nonton :D, tapi mungkin buat sebagian orang yang terbiasa nonton action/fantasy, film ini kurang pas untuk dinikmati hehehe. kalo film, apakah Mitha ada genre khusus untuk ditonton?

      Delete
  3. 2 jam yah... haha... kalau saya nggk yakin tamat sih mba karena bukan penikmat genre ini..
    Saya lebih ke Avenger Endgame yg durasinya 3 jam kalau nggk salah tapi nntonnya berasa kaya bntar.. heheh yg smpe rela nahan buang air kecil..

    Apa mungkin si Ben itu berkepribadian ganda? Siapa tau pribadi dia split jadi Jongsu itu.. hahah makin melipir kemana2 geh..



    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai kak Bayuu

      iya, ini tipe film yang agak susah dinikmati orang sepertinya kak, terutama penikmat film action :D

      wah..saya gak sempet ada kepikiran kalo Ben yang punya split personality sih, tapi menarik juga kalo ternyata dia yang jadi pemain utamanya hehehe. anyway terima kasih ya kak Bayu udah menyempatkan waktu buat baca tulisan Reka :D

      Delete
  4. Kalau Kak Reka suka film yang mengasah otak, aku malah kebalikannya 🤣. Suka jadi pusing sendiri menonton film yang meminta penonton untuk mengasah otak 🤣. Memang seru sih karena meninggalkan banyak pertanyaan yang misterius dan bikin gregetan untuk menemukan jawabannya, tapi kalau jawabannya nggak ketemu-ketemu, aku jadi semakin gregetan dan pusing sendiri 🤣🤣. Namun kadang masih aja suka nonton film seperti ini wkwkwk

    Ciri khas Haruki Murakami banget ya kisahnya 😂 absurd dan nggak tahu penyebabnya apa, tiba-tiba muncul aja gitu ke-absurd-annya wkwkwk. Btw, aku baru tahu ada buku Haruki yang difilm-kan, Kak 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang, keliatan deh kalo dari list film yang aku liat di blog Liaaa. tapi aku jadi sering nemu referensi menarik kalo ketemu orang yang punya selera beda soal film hihihi.

      wkwkwkwk, tapi kalo Lia nemu buku yang kayak gitu, gimana? lanjut baca atau ditinggal? hahaha. nah film ini adalah salah satu penggambaran dari tulisannya Haruki, Lii. eh kan norwegian wood kalo gak salah ada filmnya liris tahun 2010, Lia udah nonton?

      Delete
    2. Hihihi aku juga senang karena referensi filmku jadi banyak, so jika suatu hari aku ingin nonton film yang lain daripada genre comfortku, aku jadi udah ada listnya 🤭

      Kalau buku, aku masih akan baca kecuali bahasanya benar-benar sulit dipahami, aku jadi males 😂. Tapi sejauh ini, bukunya Haruki selalu menarik walaupun ada yang bacanya jadi lambat karena alurnya lambat 😂
      Oiyaaa, pernah ada yang bilang ke aku kalau Norwegian Wood telah difilm-kan, tapi aku belum nonton euy. Kak Reka udah nonton?

      Delete
    3. Aku juga belom Liia, mau baca bukunya dulu sepertinya. Udah lama juga gak baca bukunya Haruki ://, eh tapi norwegian wood itu romancenya intens gak Li??

      Delete
  5. Sekalipun belum nonton, saya sudah tau film ini alurnya slow burn. Bukan hanya karena Murakami, tapi tipe film Chang-dong setau saya memang seperti itu kak Reka.

    Saya baca tulisan ini melewati beberapa bagian yang saya anggap spoiler. Kalo sudah nonton, mungkin saya akan kembali berdiskusi. Ohya, mungkin kak Reka bisa berdiskusi duluan dengan Akbar Yoga diblog pribadinya yang juga pernah membahas film ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku baru inget ternyata pernah nonton film garapan Chang dong juga, pantesan nama beliau terdengar familiar, judulnya Peppermint candy. Tapi aku belum bisa menggambarkan ciri apa yang melekat dari filmnya beliau setelah menonton dua film ini, kuakui sih keduanya ada satu kemiripan soal ketahanan mental si tokoh utama dalam menjalani nasib hidupnya.

      oiya terima kasih untuk infonya, Rahul. Aku akan cari blognya kak Akbar yoga :D

      Delete
  6. Waaahh Rekaaa, saya mau nulis film ini, Minggu besok.
    Ternyata udah keduluan ditulis Reka, etapi tetep bakal saya tulis ah, karena saya menghabiskan 4 hari baru kelar nonton ini you know? astagaaaaa... sungguh memang saya nonton niatnya buat nulis reviewnya hahaha.

    Itu bermula dari film Poetry yang saya tulis, itu filmnya bikin saya angop ribuan kali, saking ngantukkk nontonnya hahaha.
    Trus dibaca si Rahul tuh tulisan saya, eh dia ngomongin tentang Burning dong, saya kepo maksimal, meskipun udah tahu banget, kalau yang buat sama dengan film Poetry, udah kebayang banget kegajeannya.

    Dan emang ya, sungguh ku tersiksa nontonnya, tapi ditonton juga hahahahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mba Reyyyy

      Ayok mba tulis juga, aku kepengin tau pandangan mba Rey soal film Burning yang absurd ini dan aku baru tau juga yang bikin adalah orang yang sama dengan film poetry hehehe.

      Memang kak bahkan aku sampe nonton bersambung, walau aneh tapi tetep bikin penasaran bangettt, dan endingnya ternyata begitu...

      Delete
    2. hahahaha, udah saya tulis Minggu lalu :D
      Btw dong...
      Saya jadi keranjingan nonton filmnya Lee Chang-dong ini, kemaren saya nonton Secret Sunshine, dan menurut saya, itu film si Pak Lee ini yang bisa dengan mudah diartikan.

      Meskipun tema dan gayanya sama sih, tenang mengalir, konfliknya kurang terasa, tapi maknanya memang dalam banget :D

      Delete
    3. aku udah baca juga nih ulasannya kak reyy. Wahahahaduh Secret sunshine gak bikin keblenger kayak burning dan poetry kan kak? aku mau coba tonton film beliau yang lain tapi kayak keburu males dan mood nonton film berat belum ada lagi.

      oke setelah secret sunshine film Lee chang dong mana lagi yang bakalan kak Rey tonton? :D

      Delete
  7. Aku biasanya suka film genre gini niih yang endingnya menurut orang-orang ga jelas atau bahasanya open ending. Entah kenapa ending yang open itu bikin kita berimajinasi jadi ga harus saklek endingnya seperti yang dijabarkan filmnga gitu 😆

    Aku bakal masukin ini ke list tontonanku ah, udah lama ga nonton film tipe beginian hehehe makasih reviewnya Reka 💕

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba tonton kak Eyaa, tapi aku gak jamin bisa suka sama alurnya sih wkwkw.

      Lagi musim tuh film open ending atau yang endingnya absurd 😆

      Terima kasih kembali kak sudah membaca tulisanku hehe, semoga filmnya cocok sama kak Eyaaa :D

      Delete
  8. Udah pernah denger filmnya, tp blm pernah nonton. aku baru tau ternyata ini dr cerpennya Haruki Murakami yaa..
    Aku malah jd penasaran baca karya2 Murakami yg lain. Hehehe.. Kayakny karyanya itu tipe2 yg bikin pembaca ikut mikir gt ya Mba Reka?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, adaptasi dari cerpennya Murakami kak. Buku beliau memang cenderung surreal dan agak magis sih kak, mungkin kalau kak Thessa mau mencoba lintas genre bisa baca salah satu buku nya Murakami :D , ikut mikir dan merenung kak ,mikirin tokoh dan endingnya 😁

      Delete
  9. ahh pantesan kayak pernah baca review yang mirip, ternyata aku habis baca postnya mba rey waktu itu
    alurnya slow ya mbak, apalagi 2 jam, lama juga nih
    kalau yang misteri misteri ku ga berani deh nonton sendiri :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heheh betul kak, alur filmnya lambat, misterinya bukan misteri yang horor gitu sih kak tapi emang bikin ngantuk kalau yang gak terbiasa alur film seperti burning 😅

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Reading slump, Did not Finish dan beragam istilah lainnya