Booksmovies of The Month : Chapter 13 - Kembali lagi setelah 5 Bulan

Setelah vakum cukup lama tidak menulis BMOTM selama 5 bulan, akhirnya saya punya kemauan untuk mengaktifkan kembali segmen yang sempat koma ini. Entah kenapa, semenjak tahun baru 2022 mood untuk bikin tulisan menurun sangat drastis, begitu juga dengan kegiatan membaca buku. Tapi, saya gak ingin ambil pusing, anggap saja mood yang naik turun ini sebagai angin lalu. Dan untungnya, saya masih sanggup untuk menyelesaikan 1 -2 buku dalam sebulan, hamdallah.... 


Bulan Mei menjadi bulan yang paling bikin saya MALAS baca dan malas nulis, energi terkuras habis begitu saja, mau baca satu halaman rasanya berat. Sebenernya banyak ide yang kepengin saya olah jadi tulisan tapi karena terlalu lama menumpuk, ujung-ujungnya gak ada yang selesai πŸ˜‚, dan rasa malas ini malah saya lampiaskan dengan menonton drama wqwqwq. 

Oke daripada saya kebanyakan curhat, langsung aja scroll kebawah untuk melihat daftar bacaan dan tontonan yang saya selesaikan di bulan Mei dan Juni. 

Sebelum itu, saya mau kasih tau, karena sampai sekarang saya masih dalam tahap pemulihan* jadi bacaan yang saya baca pada bulan Mei, sebagiannya merupakan cerita yang diambil dari kumpulan cerpen. Gak semua cerpen dalam buku tersebut saya baca sampai habis, saya hanya baca satu - dua cerpen terpisah, gitu lho, semoga paham ya. 


M  E  I 


Asrama - Yoko Ogawa 
Buku ini diambil dari buku kumpulan novela pendek yang ditulis Yoko dalam The Diving Pool: Three Novellas dengan judul The Dormitory. 

Bercerita tentang sebuah asrama dalam masa lalu seorang perempuan yang menyendiri. Suaminya bekerja di luar negeri. Ketika sepupunya meminta tolong mencarikan asrama untuk tempat tinggal selama menempuh kuliah di Tokyo, si tokoh utama teringat akan asrama lamanya. Di tempat yang dikunjunginya ini berbagai perasaan ganjil terkuak kembali. 

Asrama, secara tidak sengaja berusaha menguak persoalan rasa kesepian yang amat mendalam yang dirasakan oleh tokoh utama, semenjak ia ditinggal suaminya pergi bekerja ke luar negeri. Meskipun buku ini ditutup dengan ending yang bikin saya gregetan tapi saya berusaha menanggapinya dengan biasa aja alias yaudah emang novelis Jepang demen banget bikin gelisah pembacanya. Selain itu juga, saran saya ketika kita sedang membaca novel bergenre misteri hendaklah tidak terlalu mudah untuk memasang ekspektasi, sebab dalam genre ini tidak ada kepastian yang bisa ditebak tepat sedari awal. Melalui narasi yang membangkitkan perasaan ngeri juga suspensi yang dibangun sangat baik sejak cerita ini dimulai - Yoko Ogawa mengakhiri ceritanya dengan cukup cermat, rasa jengkel dan penasaran masih tertinggal hingga saya menutup aplikasi membaca. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang masih mengganjal dalam kepala, tapi itulah yang menjadi daya tarik dari buku ini.  

Birthday Girl - Haruki Murakami 

Salah satu koleksi cerpen dari kumpulan cerpen Murakami berjudul Blind Willow, Sleeping Woman

She waited on tables as usual that day, her twentieth birthday. She always worked Fridays, but if things had gone according to plan on that particular Friday, she would have had the night off. One rainy Tokyo night, a waitress’s uneventful twentieth birthday takes a strange and fateful turn when she’s asked to deliver dinner to the restaurant’s reclusive owner.

Jujur, sebetulnya saya udah capek baca bukunya Murakami wqwqq. Entah kenapa energi yang saya keluarkan saat membaca tulisan beliau selalu membuat saya lebih lelah ketimbang baca buku thriller. Tapi kalo kata temen-temen yang udah khatam dengan karya beliau, cukup baca dan nikmati aja ceritanya, oke saya sedang mencoba saran ini. Akhirnya saya iseng membaca Birthday Girl

Saya gak akan bahas panjang soal ceritanya, karena ya seperti biasalah ya, Murakami selalu bikin saya berkerut dahi memikirkan maksud apa yang ingin disampaikan oleh beliau. Bukannya dapet jawaban tapi malah ninggalin pertanyaan tanpa jawaban pasti. Serupa dengan Asrama, Birthday Girl juga diakhiri dengan ending yang bikin saya "Loh jadi gimana ini maksudnya??". Saya pun kini sadar, selain unsur magical atau surealis yang seringkali dijadikan sebagai kekuatan dalam buku nya Murakami, dialog-dialog yang hadir telah menjadi "roh" di setiap karyanya, jadi kalau kamu gak paham banget dengan alur dan plot nya gak apa-apa karena seperti yang temen saya bilang "cukup nikmati aja ceritanya", dan saya sarankan untuk fokus ke setiap dialog / deep conversation yang dilakukan oleh para tokoh. Termasuk dalam buku ini, seolah saya dikasih dongeng tentang bagaimana seseorang memaknai perayaan ulang tahun, apakah arti penting ulang tahun dalam hidup kita, keinginan-keinginan yang kita harapkan ketika memulai usia baru? apakah sebegitu berharga?

No matter what they wish for, no matter how far they go, people can never be anything but themselves. That's all.

 

The Strange Library - Haruki Murakami

The story of a lonely boy, a mysterious girl, and a tormented sheep man plotting their escape from a nightmarish library, the book is like nothing else Murakami has written. Designed by Chip Kidd and fully illustrated in full color throughout, this small format, 96-page volume is a treat for book lovers of all ages. 

Saya kurang cocok dengan cerita ini karena saya masih belum bisa beradaptasi dengan genre fantasi. Jujur, otak saya selalu nolak kalo baca buku fantasi. Initasirnya, buku ini bercerita tentang seorang anak lelaki yang ingin meminjam buku di perpustakaan terdekat dari rumahnya. Ketika dia meminta untuk meminjam buku, dia diarahkan ke kamar 107 di ruang bawah tanah di mana seorang lelaki tua menjaga tempat itu.  Kemudian terjadi percekcokan antara si penjaga dan anak lelaki yang mana pada akhirnya anak lelaki ini harus tinggal di perpustkaan dahulu, menyelesaikan semua buku yang ia pinjam dan kalo gak selesai atau ketahuan kabur dari tempat itu, dia akan mendapat hukuman dari si penjaga. Dari sinilah pembaca akan dibawa masuk ke dalam "penjara" yang terdapat di dalam perpustakaan tersebut.


Mewaraskan Diri dengan Membaca - Kalis Mardiasih

Nemu buku ini di ipusnas, pendek banget cuma 17 halaman, bukan termasuk buku ya kayaknya—lebih mirip dengan esai pendek.

Mba Kalis membahas bagaimana kegiatan membaca dapat memengaruhi seseorang untuk mencari pemahaman-pemahaman baru, bagaimana kesadaran pentingnya membaca masih terbilang kurang, apa yang penting dalam buku ini adalah kalimat yang saya lampirkan dibawah; 

Minat baca yang besar dan jumlah bacaan yang memuaskan lambat laun akan mendorong seseorang untuk terbiasa berdiskusi. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk mencari pemahaman-pemahaman baru yang tak hanya bersumber dari satu pintu. 


J U N I


The Fall - Albert Camus


“Barangkali inilah buku terindah dari seorang Albert Camus dan mungkin juga novelnya yang paling sulit dimengerti.” -Jean Paul Sartre

Saya gak ngerti dimana letak indahnya, tapi saya paham dimana letak sulit dimengerti dalam ungkapan yang disampaikan oleh mendiang Sartre. 

Buku ini berisi monolog atau lebih tepatnya curhatan dari seorang tokoh bernama Jean-Baptise Clamence, ia mengaku bekerja sebagai seorang hakim pertaubatan. apa tuh hakim pertobatan? lebih baik kamu baca sendiri aja. Sepanjang membaca The Fall, saya ngerasa linglung, mencoba memahami pemikiran si tokoh utama namun saya seringkali berpikir "ini orang kenapa ya, apa yang bikin dia kayak gini, pasti depresi". Tapi ada juga bagian-bagian yang bikin saya mengangguk setuju, misalnya soal kritik terhadap lingkungan masyarakat dan ocehannya mengenai eksistensi diri. Meskipun terlihat depresi dan pesimis, tapi saya bisa memaklumi apa yang dialami oleh Jean, toh orang-orang kayak dia pasti beneran ada di dunia ini. 

Membaca The Fall sepertinya gak bisa hanya sekali baca, dan kalau mood kita sedang gak bagus mendingan gak usah baca buku ini sekalian. Saya beranggapan seperti sedang mendengarkan curhatan seseorang yang diungkapkan sebagai bentuk protes terhadap rumitnya kehidupan yang dijalaninya. Buku ini juga gak punya alur dan plot yang jelas, semacam buku harian yang ditulis dengan cerita ngalor ngidul. Meskipun kelihatannya sulit dipahami namun intinya, Jean hanya ingin mengeluarkan unek-unek yang selama ini ia simpan, dan di dalam unek-unek tersebut saya bisa melihat bahwa apa yang disampaikan olehnya adalah permasalahan yang juga dialami kebanyakan orang. Mulai dari isu sosial masyarakat, kematian, kebahagiaan, kekuasaan, ekonomi dan hal-hal lain yang menyangkut konflik manusia pada umumnya.

Saya melihat hidup sebagai suatu permainan yang menyenangkan dan meletihkan. Ada usaha-usaha & kepastian-kepastian yang tidak mampu saya mengerti.

 

Bino: Budak Tanah Djuru - Zaki Jaihutan


Agi adalah seorang pemimpi yang ingin menjalani hidup sebagai penulis. Tapi ketika dia menulis tentang seorang pemuda yang muncul dalam impiannya sejak kecil, seluruh hidupnya berubah. Agi mulai tidak bisa memisahkan antara kenyataan dan impian.
Setelah sekian lama tidak membaca novel thriller, akhirnya saya memutuskan untuk memulai kembali. Seneng banget waktu tau buku ini tersedia di iPusnas, tanpa pikir panjang saya langsung baca. Saya sempat membuat ulasan agak panjang lewat akun storygraph, karena saya gak ingin membahas terlalu panjang lebar takut isi postingan ini kepanjangan, teman-teman bisa intip ulasan saya disini saja ya. Secara keseluruhan, buku ini sudah melampaui harapan, meskipun cukup banyak yang membuat saya kewalahan di awal cerita, terutama soal pembangunan karakter yang terasa kurang kuat serta relasi antar tokoh yang terlihat kaku. Namun itu semua tertutupi ketika konflik yang kian memanas di pertengahan bab, dan sebagai penyuka thriller, saya sangat sangat merekomendasikan buku ini untuk kamu yang lagi kepo dengan thriller lokal😁. 

On Reading - DNF 

On Reading :

The Shallow: What The Internet is doing to our brains


Entah kesambet apa saya baca buku ini tiba-tiba. Tapi ternyata saya pernah pinjam di ipusnas dan belum sempat dibaca. Sesuai kebutuhan, saya emang lagi nyari bacaan yang mewakili kegelisahan saya belakangan ini. Tentang internet, terutama media sosial. Baru membaca 25 halaman dan sejauh yang saya baca, saya suka dengan gaya bercerita si penulis, narasi nya mengalir seperti sedang membaca memoar, cuma saya gak mau ngarep yang gimana gimana dulu, sebab baca nonfiksi itu kudu sabar dan telaten πŸ˜‚. 


DNF - mungkin nanti mau dibaca lagi :

Becoming 

The Red Haired Woman


Movie - Drama :

Saya lebih banyak nonton sejak bulan Maret lalu, dan akhirnya males buat buka buku, hahaha. Saya bakalan ngoceh sedikit panjang disini, harap bersabar ya, hihihi. 

Sekali lagi guys, daku menjadi korban kebaperan drama Jepang. Padahal mah ceritanya gak sedih-sedih amat. Drama Crisis – seperti biasa, drama ini mengusung tema cerita kriminal, dan fokus pada kasus terorisme. Yang main oke-oke semua, ada Ogurin, bapak Hidetoshi, dan lain-lain yang saya belum familiar banget dengan para pemain. Teruntuk teman-teman yang suka dengan drama beralur cepat, lekat dengan adegan aksi, sepertinya drama ini pas, kasusnya gak begitu sulit di cerna, penyelesaian tiap episodenya pun gak lama, dan yang terpenting episode nya gak banyak-banyak banget. 


Lanjut lagi nonton series berjudul Date my daughter a.k.a Uchi no musume wa kareshii ga dekinai – Tolong, puteri perempuanku masih belum punya pacar, pacarin dia dong, siapa saja // padahal umur anaknya baru 20 tahun πŸ˜‚. Nonton drama ini karena apa? tentu saja karena ada OKAKEN // Okada Kenshi πŸ˜. Ternyata premis ceritanya menarik lhoo. 


Seorang ibu yang memiliki pekerjaan sebagai penulis novel romance terjebak krisis karir, dengan alasan ia ingin melanjutkan karirnya sebagai novelis misteri. Tapi kemauan tersebut ditolak mentah-mentah oleh pihak penerbit, sebab novel misteri yang sempat diterbitkan tidak laku di pasaran. Galau deh si ibu. Belum lagi dia punya masalah dengan anak perempuannya yang otaku, fujoshi, gila anime, cinta mati sama 2D (saya berasa ngaca baca kalimat ini), eits tapi daku bukan pecinta fujoshi dan tidak otaku anime, tapi saya bisa memahami perasaan Sora yang begitu sayangnya dengan tokoh fiktif 2D // makhluk gepeng. Sora ini umurnya 20 tahun, si ibu cemas karena Sora gak punya tanda-tanda bakalan jatuh cinta sama orang beneran // kalo sama makhluk gepeng mah sering. 

Selain masalahnya Sora, sang Ibu juga punya masalah pribadi terkait aktivitas karirnya yang sedang menurun, motivasi untuk membuat cerita percintaan tak kunjung muncul, alhasil Sora mengajukan sebuah ide kepada ibunya untuk menulis cerita percintaan Sora// tapi kan Sora belum punya pengalaman jatuh cinta dengan seseorang. Bagaimana akhirnya Sora menemukan sosok laki-laki yang dapat membuatnya jatuh hati? berhasilkan ia membantu ibu nya? apakah sang Ibu juga berhasil melewati kemerosotan karirnya sebagai penulis? Nah udah segitu aja, kalo saya cerita lagi yang ada malah spoiler. 


Setelah itu, dilanjutkan kembali dengan filmnya Kenshi. Walah saya kena pelet banget disini, kacau, Kenshi ganteng poll. Heran, kapan jeleknya ini orang. Soshite, baton wa watasareta juga secara tidak sengaja mengejutkan saya dengan kemasan cerita yang unik, saya berhasil terkecoh di pertengahan film ini berjalan. Lekat dengan tema keluarga, mimpi dan cinta, film ini berhasil bikin saya menangis, menangis haru sekaligus menangis iri ngeliat endingnya πŸ˜‚. 


Lalu di akhir bulan Mei, saya menyelesaikan satu drama berjudul TraceKasouken no otoko. Mengusung tema misteri-investigasi medis, drama ini punya sub plot twist yang cukup bikin saya terisak-isak. Terutama sewaktu nonton episode 3, 4, dan 11 yang astagfirullah ternyata kenyataannya pahit benerrr. Selain kasusnya yang menarik, saya juga suka dengan karakterisasi antara tokoh Mano sebagai Dokter forensik dan Detektif Toramaru. Mereka punya keyakinan yang berbeda, yang mana si Mano gak pernah percaya dengan polisi dan penilaian-penilaian yang sifatnya subjektif, juga dia ini terobsesi dengan uji data. Sedangkan bapak Tora, walaupun ia bekerja sebagai polisi tetapi ia masih percaya dengan yang namanya “insting” seorang detektif yang telah diasah berpuluh-puluh tahun, dimana dia pun beranggapan kalau Mano gak bakalan bisa memahami hal tersebut.. Terus si Mano ya tetep kekeuh dengan prinsipnya “kalo gak ada bukti data, gue gak bakalan percaya sama omongan lu”πŸ˜’.


Meskipun saya menganggap episode terakhir terasa kurang “padat”, dan terkesan buru-buru tapi secara keseluruhan saya puas dengan drama ini. Yang bikin saya gregetan sebetulnya ketika mengetahui dalang dari kasus kematian keluarganya Mano, disitu saya udah menduga terkait pelaku serta motifnya// dan ketika tebakan saya terbukti, ya tambah gregetan aja saya ini, karena cukup klise, pelakunya yang modelan begitu-begitu lagi. 




Setelah bulan Mei berakhir saya melanjutkan perjalanan menonton Jdrama, dengan rekomendasi yang diberikan oleh Kak Eya, yaitu berjudul Saiai atau judul bahasa Inggrisnya Dearest

Masih dalam lingkup tema yang mirip, drama ini menceritakan tentang seorang direktur muda bernama Sanada Rio yang menjadi saksi dalam kasus pembunuhan dengan kasus menghilangnya seorang mahasiswa bernama Watanabe Kousuke, 15 tahun yang lalu. Rio, sudah berusaha menutup rapat-rapat dan tidak ingin mengingat kembali peristiwa tersebut, tetapi tiba-tiba, cinta pertama nya - Miyazaki Daiki datang untuk mengungkap kebenaran atas kasus tersebut. Nah loh, kebayang gak gimana bimbangnya Daiki ketemu mantan gebetan (Rio), tapi dia udah jadi detektif dan Rio jadi saksi bahkan sempat dijadikan tersangka pembunuhan. ..............


Saya merampungkan drama ini hanya 2x nonton, 1 hari 3 episode, lusa langsung maraton sampe tamat. Sempat membayangkan kalau Saiai bakalan punya alur cerita yang mirip dengan N no Tameni karena naskah dramanya ditulis oleh orang yang sama, tapi ternyata tidak. Saiai memiliki tempo atau alur cerita yang lebih cepat dan ringkas. Porsi pembahasan antara kasus dan drama keluarganya dibuat dengan seimbang, jadi gak ada cerita yang lebih banyak atau lebih sedikit. 



Terakhir, bulan Juni saya tutup dengan satu film yang dibuat oleh Hirokazu Koreeda, movie director yang namanya sedang hangat diperbincangkan. Beliau dikenal melalui film-filmnya seperti Shoplifters, Our Little Sister, Nobody Knows, After the storm, dan lain-lain. Salah satu karya beliau yang mungkin belum banyak orang tau adalah The Third Murder, karena film ini punya tema cerita paling beda diantara film Koreeda yang lain. Kalau biasanya beliau menggarap film tentang keluarga, kali ini ia mencoba hal baru, melalui genre drama misteri


Jujur aja saya ngantuk banget sewaktu nonton film ini, tapi saya patut acungi jempol soal sinematografi film yang memanjakan mata, dan mendukung seisi cerita, mesikipun latar tempatnya ya disitu-situ aja hahaha. Alur ceritanya terbilang lelet, saya agak dibuat bingung dengan maksud cerita dalam film ini. Terkait kebenaran kasus, motif dari para tokoh juga eksekusi di akhir cerita. Cuma memang Koreeda seakan-akan tidak ingin meninggalkan keasliannya, walaupun film ini mengisahkan tentang pembunuhan tapi dengan tegas beliau tetap menyematkan kisah dilematik sebuah keluarga. Terutama hubungan antara Ayah dengan anak perempuannya. Endingnya tidak cukup memuaskan namun membuat saya merenung tentang ikatan yang terjadi antara tersangka pelaku dengan anaknya. 


πŸŽ₯


Sekian BMOTM untuk bulan Mei dan Juni 2022. Terima kasih banyak jika sudah membaca tulisan ini hingga selesai. Semoga saya bisa konsisten menulis BMOTM untuk berbulan-bulan ke depan. Sampai jumpa! ~ πŸ‘‹πŸ’œ





Ruang membaca : iPusnas & Scribd

Sumber foto dan gambar : Goodreads, TSG, imdb.com 

Comments

  1. Kak, setuju banget kalau baca buku Murakami rasanya lebih capek daripada baca thriller wkwk, masalahnya sensasi capeknya tuh beda. Capek yang beneran capek, apalagi kalau bukunya tebal 🀣 tapi entah kenapa, kalau udah ke hooked dengan ceritanya, jadi terus menerus ingin baca dan kepo dengan endingnya meskipun udah tahu bakalan capek + makan waktu lama wk. Mungkin ini yang dinamakan sihir Murakami? *halah

    Wah, aku baru tahu kalau penerbit basabasi juga menerbitkan buku Yoko Ogawa!! Kak Reka udah pernah baca yang Memory Police?

    AYO SEMUA BACA BINO HAHAHAHA sensasi horor-thrillernya bener-bener seruuu!! Meskipun banyak part yang mengganjal, tapi sensasi menegangkannya juara banget ya, Kak!! Semoga nanti bakalan ada karya-karya lainnya dari sang penulis πŸ₯Ί

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkw makanya kenapa aku sekarang butuh mengumpulkan mood dan energi yg lama untuk bisa memulai kembali baca tulisannya Murakami, Lii. Tapi sebenernya ya menurutku, tulisan2 beliau realistis bgt sih tp krn ada unsur magical dan sureal itu yg kadang bikin puyengg kepala, blm lagi konflik yg dialami sama tokohnya bikin ngerasa miris dan jd ikutan lelah πŸ˜‚

      Aku tau gara2 grup komunitas ipusnas Li wkwkwk. Belum nih, kalo dari buku ini kayaknya aku blm ada keinginan untuk coba memory police sih. Lia udh baca kah?

      Perlukah bikin kampanye supaya temen2 lain baca BINO? Hahaha keren bgt ya, aku juga nunggu karya bang Zaki selanjutnya 😁

      Delete
  2. Habis baca postingan ini langsung nyari tulisan Kalis di iPusnas, sebelum ini aku nggak ada pikiran sama sekali nyari nama Kalis di sana, wkwkwk. Ternyata banyakan emang esai-esai pendek dia aja di sana ya, mba Reka. Bukunya yang pernah aku baca belum masuk sana.

    Teruuus karena banyak banget baca update-an orang-orang baca Haruki Murakami, aku jadi penasaran juga di iPusnas ada apa enggak. Ternyata nggak ada. xD Adanya cuma Kafka-Kafka itu, dan habis semua stoknya. Yang aku masukin cuma yang Tahun Spagheti. xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ohiya esai pendek sebutannya, banyak memang Kak ternyata, aku kira tulisan beliau ini belum masuk ke ipusnas. Kalau gak salah yg "hijrah jangan jauh-jauh", bukan Mba? πŸ‘€

      wkwkwkwkk. Kalau mau baca yg aku bahas ini bisa coba di archive.org, setauku disana bisa pinjem, tapi entah legal / engga πŸ˜‚. Terjemahan beliau yg tersedia di platform aplikasi emang baru Dunia Kafka doang, Kak Endah. Kudu beli buku fisiknya sih hahaha.

      Delete
  3. Baca Haruki mah memang menyedot energi. Dari yang awalnya kondisi hati senang, terus tiba-tiba melankolis, mendadak mengurung diri, dan malas banget ketemu orang lain. Seakan-akan karakternya bisa menularkan hal negatif itu. Makanya sejak 2019 saya memutuskan berhenti membaca dia. Haha. Tapi kalau mau tetap baca, usahakan cari antitesisnya dari penulis lain, atau cari tontonan menghibur. Saya biasanya langsung baca buku-bukunya Etgar Keret, Vonnegut, atau Yusi Avianto. Atau biasanya yang paling gampang dengan nonton anime komedi, khususnya Gintama. XD

    Cukup senang kalau rekomendasi saya dibaca atau ditonton oleh orang lain. Walau setiap kali mau kasih rekomendasi masih belum PD dan kemungkinan besar ada perbedaan selera, seenggaknya dari ulasanmu ini Trace tergolong oke lah ya. Haha. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya dan saya baru nyadar selama membaca buku2 beliau gak ada yg bikin saya ketawa (ada lelucon di buku hear the wind sing) πŸ˜‚, humor nya gak masuk, itu pun cuman lawakan garing yg cuman bisa ngebuat saya rolling eyes. Kayaknya nonton anime termasuk cara paling manjur ya wkwkw.

      hahaha gpp Yog, dan kebetulan Trace masuk ke genre yg saya suka juga, jadi masih bisa saya nikmatin πŸ˜πŸ‘

      Delete
  4. Wah, Red Haired Woman masih ada di TBR, pernah nonton booktuber yang bilang dia ga begitu suka buku ini, jadi penasaran pengen baca. Drama Trace tayang dimana nih kak? Pengen re-watch, waku-waku udah ga ada soalnya, huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Kak Lala. Iya saya masih belum bisa enjoy ketika membaca bukunya, padahal udah masuk 100hlm, saya putuskan untuk DNF sementara wkwkkk.

      Kalo Trace saya gak nonton di tempat resmi Kak πŸ˜‹, lewat jalur terlarang hahahaa. Wah Kak Lala sudah pernah nonton Trace tohπŸ‘€

      Delete
  5. Hahahahaha emang tuh ya karyanya Murakami bukan untuk semua orang. Aku sendiri sampai sekarang ini cuma nyangkut sama satu karya beliau, kumpulan cerpen juga, Men Without Women. Dari cerita pertama sampai akhir tuh ngena banget di aku. Jadi kayaknya penasaran sih sama Birthday Girl ini. Ini tuh tokoh utamanya cewek semua yaaa?

    Bino memang memuaskan! Seperti yang udah kita bahas yakkk, wkwkwk. Ternyata ini racunnya Lia juga toh, emang nggak jauh-jauh rekomendasinya 🀣🀣🀣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha betul Kak Jane...kudu tahan emosi dan sabar kalau mau baca buku beliau. Tsukuru Tazaki paling mendingan sih walopun bikin sakit hati juga bacanya πŸ˜‚

      Birthday Girl, cewek semua Kak dan ada satu tokoh laki-lakii. Ini juga gantung bgt endingnya meski termasuk cerpenn 😬😬

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Perfect Blue (1998): Bukan untuk Sembarang penonton

About my Favorite Webtoon