Booksmovies of The Month : Chapter 13 - Kembali lagi setelah 5 Bulan
Bulan Mei menjadi bulan yang paling bikin saya MALAS baca dan malas nulis, energi terkuras habis begitu saja, mau baca satu halaman rasanya berat. Sebenernya banyak ide yang kepengin saya olah jadi tulisan tapi karena terlalu lama menumpuk, ujung-ujungnya gak ada yang selesai π, dan rasa malas ini malah saya lampiaskan dengan menonton drama wqwqwq.
Oke daripada saya kebanyakan curhat, langsung aja scroll kebawah untuk melihat daftar bacaan dan tontonan yang saya selesaikan di bulan Mei dan Juni.
Sebelum itu, saya mau kasih tau, karena sampai sekarang saya masih dalam tahap pemulihan* jadi bacaan yang saya baca pada bulan Mei, sebagiannya merupakan cerita yang diambil dari kumpulan cerpen. Gak semua cerpen dalam buku tersebut saya baca sampai habis, saya hanya baca satu - dua cerpen terpisah, gitu lho, semoga paham ya.
M E I
Birthday Girl - Haruki Murakami
Salah satu koleksi cerpen dari kumpulan cerpen Murakami berjudul Blind Willow, Sleeping Woman.
She waited on tables as usual that day, her twentieth birthday. She always worked Fridays, but if things had gone according to plan on that particular Friday, she would have had the night off. One rainy Tokyo night, a waitress’s uneventful twentieth birthday takes a strange and fateful turn when she’s asked to deliver dinner to the restaurant’s reclusive owner.
Jujur, sebetulnya saya udah capek baca bukunya Murakami wqwqq. Entah kenapa energi yang saya keluarkan saat membaca tulisan beliau selalu membuat saya lebih lelah ketimbang baca buku thriller. Tapi kalo kata temen-temen yang udah khatam dengan karya beliau, cukup baca dan nikmati aja ceritanya, oke saya sedang mencoba saran ini. Akhirnya saya iseng membaca Birthday Girl.
Saya gak akan bahas panjang soal ceritanya, karena ya seperti biasalah ya, Murakami selalu bikin saya berkerut dahi memikirkan maksud apa yang ingin disampaikan oleh beliau. Bukannya dapet jawaban tapi malah ninggalin pertanyaan tanpa jawaban pasti. Serupa dengan Asrama, Birthday Girl juga diakhiri dengan ending yang bikin saya "Loh jadi gimana ini maksudnya??". Saya pun kini sadar, selain unsur magical atau surealis yang seringkali dijadikan sebagai kekuatan dalam buku nya Murakami, dialog-dialog yang hadir telah menjadi "roh" di setiap karyanya, jadi kalau kamu gak paham banget dengan alur dan plot nya gak apa-apa karena seperti yang temen saya bilang "cukup nikmati aja ceritanya", dan saya sarankan untuk fokus ke setiap dialog / deep conversation yang dilakukan oleh para tokoh. Termasuk dalam buku ini, seolah saya dikasih dongeng tentang bagaimana seseorang memaknai perayaan ulang tahun, apakah arti penting ulang tahun dalam hidup kita, keinginan-keinginan yang kita harapkan ketika memulai usia baru? apakah sebegitu berharga?
No matter what they wish for, no matter how far they go, people can never be anything but themselves. That's all.
The Strange Library - Haruki Murakami
Saya kurang cocok dengan cerita ini karena saya masih belum bisa beradaptasi dengan genre fantasi. Jujur, otak saya selalu nolak kalo baca buku fantasi. Initasirnya, buku ini bercerita tentang seorang anak lelaki yang ingin meminjam buku di perpustakaan terdekat dari rumahnya. Ketika dia meminta untuk meminjam buku, dia diarahkan ke kamar 107 di ruang bawah tanah di mana seorang lelaki tua menjaga tempat itu. Kemudian terjadi percekcokan antara si penjaga dan anak lelaki yang mana pada akhirnya anak lelaki ini harus tinggal di perpustkaan dahulu, menyelesaikan semua buku yang ia pinjam dan kalo gak selesai atau ketahuan kabur dari tempat itu, dia akan mendapat hukuman dari si penjaga. Dari sinilah pembaca akan dibawa masuk ke dalam "penjara" yang terdapat di dalam perpustakaan tersebut.
Mewaraskan Diri dengan Membaca - Kalis Mardiasih
J U N I
The Fall - Albert Camus
“Barangkali inilah buku terindah dari seorang Albert Camus dan mungkin juga novelnya yang paling sulit dimengerti.” -Jean Paul Sartre
Saya gak ngerti dimana letak indahnya, tapi saya paham dimana letak sulit dimengerti dalam ungkapan yang disampaikan oleh mendiang Sartre.
Buku ini berisi monolog atau lebih tepatnya curhatan dari seorang tokoh bernama Jean-Baptise Clamence, ia mengaku bekerja sebagai seorang hakim pertaubatan. apa tuh hakim pertobatan? lebih baik kamu baca sendiri aja. Sepanjang membaca The Fall, saya ngerasa linglung, mencoba memahami pemikiran si tokoh utama namun saya seringkali berpikir "ini orang kenapa ya, apa yang bikin dia kayak gini, pasti depresi". Tapi ada juga bagian-bagian yang bikin saya mengangguk setuju, misalnya soal kritik terhadap lingkungan masyarakat dan ocehannya mengenai eksistensi diri. Meskipun terlihat depresi dan pesimis, tapi saya bisa memaklumi apa yang dialami oleh Jean, toh orang-orang kayak dia pasti beneran ada di dunia ini.
Membaca The Fall sepertinya gak bisa hanya sekali baca, dan kalau mood kita sedang gak bagus mendingan gak usah baca buku ini sekalian. Saya beranggapan seperti sedang mendengarkan curhatan seseorang yang diungkapkan sebagai bentuk protes terhadap rumitnya kehidupan yang dijalaninya. Buku ini juga gak punya alur dan plot yang jelas, semacam buku harian yang ditulis dengan cerita ngalor ngidul. Meskipun kelihatannya sulit dipahami namun intinya, Jean hanya ingin mengeluarkan unek-unek yang selama ini ia simpan, dan di dalam unek-unek tersebut saya bisa melihat bahwa apa yang disampaikan olehnya adalah permasalahan yang juga dialami kebanyakan orang. Mulai dari isu sosial masyarakat, kematian, kebahagiaan, kekuasaan, ekonomi dan hal-hal lain yang menyangkut konflik manusia pada umumnya.
Saya melihat hidup sebagai suatu permainan yang menyenangkan dan meletihkan. Ada usaha-usaha & kepastian-kepastian yang tidak mampu saya mengerti.
Bino: Budak Tanah Djuru - Zaki Jaihutan
On Reading - DNF
On Reading :
The Shallow: What The Internet is doing to our brains
Entah kesambet apa saya baca buku ini tiba-tiba. Tapi ternyata saya pernah pinjam di ipusnas dan belum sempat dibaca. Sesuai kebutuhan, saya emang lagi nyari bacaan yang mewakili kegelisahan saya belakangan ini. Tentang internet, terutama media sosial. Baru membaca 25 halaman dan sejauh yang saya baca, saya suka dengan gaya bercerita si penulis, narasi nya mengalir seperti sedang membaca memoar, cuma saya gak mau ngarep yang gimana gimana dulu, sebab baca nonfiksi itu kudu sabar dan telaten π.
DNF - mungkin nanti mau dibaca lagi :
Becoming
The Red Haired Woman
Movie - Drama :
Saya lebih banyak nonton sejak bulan Maret lalu, dan akhirnya males buat buka buku, hahaha. Saya bakalan ngoceh sedikit panjang disini, harap bersabar ya, hihihi.
Sekali lagi guys, daku menjadi korban kebaperan drama Jepang. Padahal mah ceritanya gak sedih-sedih amat. Drama Crisis – seperti biasa, drama ini mengusung tema cerita kriminal, dan fokus pada kasus terorisme. Yang main oke-oke semua, ada Ogurin, bapak Hidetoshi, dan lain-lain yang saya belum familiar banget dengan para pemain. Teruntuk teman-teman yang suka dengan drama beralur cepat, lekat dengan adegan aksi, sepertinya drama ini pas, kasusnya gak begitu sulit di cerna, penyelesaian tiap episodenya pun gak lama, dan yang terpenting episode nya gak banyak-banyak banget.
Lanjut lagi nonton series berjudul Date my daughter a.k.a Uchi no musume wa kareshii ga dekinai – Tolong, puteri perempuanku masih belum punya pacar, pacarin dia dong, siapa saja // padahal umur anaknya baru 20 tahun . Nonton drama ini karena apa? tentu saja karena ada OKAKEN // Okada Kenshi . Ternyata premis ceritanya menarik lhoo.
Selain masalahnya Sora, sang Ibu juga punya masalah pribadi terkait aktivitas karirnya yang sedang menurun, motivasi untuk membuat cerita percintaan tak kunjung muncul, alhasil Sora mengajukan sebuah ide kepada ibunya untuk menulis cerita percintaan Sora// tapi kan Sora belum punya pengalaman jatuh cinta dengan seseorang. Bagaimana akhirnya Sora menemukan sosok laki-laki yang dapat membuatnya jatuh hati? berhasilkan ia membantu ibu nya? apakah sang Ibu juga berhasil melewati kemerosotan karirnya sebagai penulis? Nah udah segitu aja, kalo saya cerita lagi yang ada malah spoiler.
Setelah itu, dilanjutkan kembali dengan filmnya Kenshi. Walah saya kena pelet banget disini, kacau, Kenshi ganteng poll. Heran, kapan jeleknya ini orang. Soshite, baton wa watasareta juga secara tidak sengaja mengejutkan saya dengan kemasan cerita yang unik, saya berhasil terkecoh di pertengahan film ini berjalan. Lekat dengan tema keluarga, mimpi dan cinta, film ini berhasil bikin saya menangis, menangis haru sekaligus menangis iri ngeliat endingnya π.
Lalu di akhir bulan Mei, saya menyelesaikan satu drama berjudul Trace: Kasouken no otoko. Mengusung tema misteri-investigasi medis, drama ini punya sub plot twist yang cukup bikin saya terisak-isak. Terutama sewaktu nonton episode 3, 4, dan 11 yang astagfirullah ternyata kenyataannya pahit benerrr. Selain kasusnya yang menarik, saya juga suka dengan karakterisasi antara tokoh Mano sebagai Dokter forensik dan Detektif Toramaru. Mereka punya keyakinan yang berbeda, yang mana si Mano gak pernah percaya dengan polisi dan penilaian-penilaian yang sifatnya subjektif, juga dia ini terobsesi dengan uji data. Sedangkan bapak Tora, walaupun ia bekerja sebagai polisi tetapi ia masih percaya dengan yang namanya “insting” seorang detektif yang telah diasah berpuluh-puluh tahun, dimana dia pun beranggapan kalau Mano gak bakalan bisa memahami hal tersebut.. Terus si Mano ya tetep kekeuh dengan prinsipnya “kalo gak ada bukti data, gue gak bakalan percaya sama omongan lu”.
Meskipun saya menganggap episode terakhir terasa kurang “padat”, dan terkesan buru-buru tapi secara keseluruhan saya puas dengan drama ini. Yang bikin saya gregetan sebetulnya ketika mengetahui dalang dari kasus kematian keluarganya Mano, disitu saya udah menduga terkait pelaku serta motifnya// dan ketika tebakan saya terbukti, ya tambah gregetan aja saya ini, karena cukup klise, pelakunya yang modelan begitu-begitu lagi.
Masih dalam lingkup tema yang mirip, drama ini menceritakan tentang seorang direktur muda bernama Sanada Rio yang menjadi saksi dalam kasus pembunuhan dengan kasus menghilangnya seorang mahasiswa bernama Watanabe Kousuke, 15 tahun yang lalu. Rio, sudah berusaha menutup rapat-rapat dan tidak ingin mengingat kembali peristiwa tersebut, tetapi tiba-tiba, cinta pertama nya - Miyazaki Daiki datang untuk mengungkap kebenaran atas kasus tersebut. Nah loh, kebayang gak gimana bimbangnya Daiki ketemu mantan gebetan (Rio), tapi dia udah jadi detektif dan Rio jadi saksi bahkan sempat dijadikan tersangka pembunuhan. ..............
Saya merampungkan drama ini hanya 2x nonton, 1 hari 3 episode, lusa langsung maraton sampe tamat. Sempat membayangkan kalau Saiai bakalan punya alur cerita yang mirip dengan N no Tameni karena naskah dramanya ditulis oleh orang yang sama, tapi ternyata tidak. Saiai memiliki tempo atau alur cerita yang lebih cepat dan ringkas. Porsi pembahasan antara kasus dan drama keluarganya dibuat dengan seimbang, jadi gak ada cerita yang lebih banyak atau lebih sedikit.
Terakhir, bulan Juni saya tutup dengan satu film yang dibuat oleh Hirokazu Koreeda, movie director yang namanya sedang hangat diperbincangkan. Beliau dikenal melalui film-filmnya seperti Shoplifters, Our Little Sister, Nobody Knows, After the storm, dan lain-lain. Salah satu karya beliau yang mungkin belum banyak orang tau adalah The Third Murder, karena film ini punya tema cerita paling beda diantara film Koreeda yang lain. Kalau biasanya beliau menggarap film tentang keluarga, kali ini ia mencoba hal baru, melalui genre drama misteri.
Jujur aja saya ngantuk banget sewaktu nonton film ini, tapi saya patut acungi jempol soal sinematografi film yang memanjakan mata, dan mendukung seisi cerita, mesikipun latar tempatnya ya disitu-situ aja hahaha. Alur ceritanya terbilang lelet, saya agak dibuat bingung dengan maksud cerita dalam film ini. Terkait kebenaran kasus, motif dari para tokoh juga eksekusi di akhir cerita. Cuma memang Koreeda seakan-akan tidak ingin meninggalkan keasliannya, walaupun film ini mengisahkan tentang pembunuhan tapi dengan tegas beliau tetap menyematkan kisah dilematik sebuah keluarga. Terutama hubungan antara Ayah dengan anak perempuannya. Endingnya tidak cukup memuaskan namun membuat saya merenung tentang ikatan yang terjadi antara tersangka pelaku dengan anaknya.
π₯
Sekian BMOTM untuk bulan Mei dan Juni 2022. Terima kasih banyak jika sudah membaca tulisan ini hingga selesai. Semoga saya bisa konsisten menulis BMOTM untuk berbulan-bulan ke depan. Sampai jumpa! ~ ππ
Ruang membaca : iPusnas & Scribd
Sumber foto dan gambar : Goodreads, TSG, imdb.com
Kak, setuju banget kalau baca buku Murakami rasanya lebih capek daripada baca thriller wkwk, masalahnya sensasi capeknya tuh beda. Capek yang beneran capek, apalagi kalau bukunya tebal π€£ tapi entah kenapa, kalau udah ke hooked dengan ceritanya, jadi terus menerus ingin baca dan kepo dengan endingnya meskipun udah tahu bakalan capek + makan waktu lama wk. Mungkin ini yang dinamakan sihir Murakami? *halah
ReplyDeleteWah, aku baru tahu kalau penerbit basabasi juga menerbitkan buku Yoko Ogawa!! Kak Reka udah pernah baca yang Memory Police?
AYO SEMUA BACA BINO HAHAHAHA sensasi horor-thrillernya bener-bener seruuu!! Meskipun banyak part yang mengganjal, tapi sensasi menegangkannya juara banget ya, Kak!! Semoga nanti bakalan ada karya-karya lainnya dari sang penulis π₯Ί
Wkwkwkw makanya kenapa aku sekarang butuh mengumpulkan mood dan energi yg lama untuk bisa memulai kembali baca tulisannya Murakami, Lii. Tapi sebenernya ya menurutku, tulisan2 beliau realistis bgt sih tp krn ada unsur magical dan sureal itu yg kadang bikin puyengg kepala, blm lagi konflik yg dialami sama tokohnya bikin ngerasa miris dan jd ikutan lelah π
DeleteAku tau gara2 grup komunitas ipusnas Li wkwkwk. Belum nih, kalo dari buku ini kayaknya aku blm ada keinginan untuk coba memory police sih. Lia udh baca kah?
Perlukah bikin kampanye supaya temen2 lain baca BINO? Hahaha keren bgt ya, aku juga nunggu karya bang Zaki selanjutnya π
Habis baca postingan ini langsung nyari tulisan Kalis di iPusnas, sebelum ini aku nggak ada pikiran sama sekali nyari nama Kalis di sana, wkwkwk. Ternyata banyakan emang esai-esai pendek dia aja di sana ya, mba Reka. Bukunya yang pernah aku baca belum masuk sana.
ReplyDeleteTeruuus karena banyak banget baca update-an orang-orang baca Haruki Murakami, aku jadi penasaran juga di iPusnas ada apa enggak. Ternyata nggak ada. xD Adanya cuma Kafka-Kafka itu, dan habis semua stoknya. Yang aku masukin cuma yang Tahun Spagheti. xD
Ohiya esai pendek sebutannya, banyak memang Kak ternyata, aku kira tulisan beliau ini belum masuk ke ipusnas. Kalau gak salah yg "hijrah jangan jauh-jauh", bukan Mba? π
Deletewkwkwkwkk. Kalau mau baca yg aku bahas ini bisa coba di archive.org, setauku disana bisa pinjem, tapi entah legal / engga π. Terjemahan beliau yg tersedia di platform aplikasi emang baru Dunia Kafka doang, Kak Endah. Kudu beli buku fisiknya sih hahaha.
Baca Haruki mah memang menyedot energi. Dari yang awalnya kondisi hati senang, terus tiba-tiba melankolis, mendadak mengurung diri, dan malas banget ketemu orang lain. Seakan-akan karakternya bisa menularkan hal negatif itu. Makanya sejak 2019 saya memutuskan berhenti membaca dia. Haha. Tapi kalau mau tetap baca, usahakan cari antitesisnya dari penulis lain, atau cari tontonan menghibur. Saya biasanya langsung baca buku-bukunya Etgar Keret, Vonnegut, atau Yusi Avianto. Atau biasanya yang paling gampang dengan nonton anime komedi, khususnya Gintama. XD
ReplyDeleteCukup senang kalau rekomendasi saya dibaca atau ditonton oleh orang lain. Walau setiap kali mau kasih rekomendasi masih belum PD dan kemungkinan besar ada perbedaan selera, seenggaknya dari ulasanmu ini Trace tergolong oke lah ya. Haha. :D
Iya dan saya baru nyadar selama membaca buku2 beliau gak ada yg bikin saya ketawa (ada lelucon di buku hear the wind sing) π, humor nya gak masuk, itu pun cuman lawakan garing yg cuman bisa ngebuat saya rolling eyes. Kayaknya nonton anime termasuk cara paling manjur ya wkwkw.
Deletehahaha gpp Yog, dan kebetulan Trace masuk ke genre yg saya suka juga, jadi masih bisa saya nikmatin ππ
Wah, Red Haired Woman masih ada di TBR, pernah nonton booktuber yang bilang dia ga begitu suka buku ini, jadi penasaran pengen baca. Drama Trace tayang dimana nih kak? Pengen re-watch, waku-waku udah ga ada soalnya, huhuhu
ReplyDeleteHalo Kak Lala. Iya saya masih belum bisa enjoy ketika membaca bukunya, padahal udah masuk 100hlm, saya putuskan untuk DNF sementara wkwkkk.
DeleteKalo Trace saya gak nonton di tempat resmi Kak π, lewat jalur terlarang hahahaa. Wah Kak Lala sudah pernah nonton Trace tohπ
Hahahahaha emang tuh ya karyanya Murakami bukan untuk semua orang. Aku sendiri sampai sekarang ini cuma nyangkut sama satu karya beliau, kumpulan cerpen juga, Men Without Women. Dari cerita pertama sampai akhir tuh ngena banget di aku. Jadi kayaknya penasaran sih sama Birthday Girl ini. Ini tuh tokoh utamanya cewek semua yaaa?
ReplyDeleteBino memang memuaskan! Seperti yang udah kita bahas yakkk, wkwkwk. Ternyata ini racunnya Lia juga toh, emang nggak jauh-jauh rekomendasinya π€£π€£π€£
Hahaha betul Kak Jane...kudu tahan emosi dan sabar kalau mau baca buku beliau. Tsukuru Tazaki paling mendingan sih walopun bikin sakit hati juga bacanya π
DeleteBirthday Girl, cewek semua Kak dan ada satu tokoh laki-lakii. Ini juga gantung bgt endingnya meski termasuk cerpenn π¬π¬