A untuk Amanda oleh Annisa Ihsani
Penulis : Annisa Ihsani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama: Maret 2016
ISBN : 978-602-032-631-3
264 halaman
Blurb :
Amanda punya satu masalah kecil:dia yakin bahwa dia tidak sepandai
kesan yang ditampilkannya. Rapor yang semua berisi nilai A, diyakini karena
keberuntungan berpihak padanya. Tampaknya para guru hanya menanyakan pertanyaan
yang kebetulan dia tahu jawabnnya. Namun tentunya tidak mungkin ada orang yang
bisa beruntung setiap saat, kan?
Setelah dipikir pikir, sepertinya itu bukan masalah kecil. Apalagi
mengingat hidupnya diisi dengan serangkaian perjanjian psikoterapi. Ketika pulang
dengan resep antidepresan, Amanda tahu masalahnya lebih pelik daripa yang siap
diakuinya.
Di tengah kerumitan dengan pacar, keluarga, dan sekolahnya, Amanda
harus menerima bahwa dia tidak bisa mendapatkan nilai A untuk segalanya.
Kilas balik gue tertarik dengan buku ini
Gara gara dengerin Podcastnya Buku Kutu. Podcasternya lagi
ngebicarain soal buku yang berjudul Finn.
Dari situ beliau mentioned soal beberapa buku lokal yang membahas tentang
kesehatan mental. A untuk Amanda adalah salah satu nya dengan posisi tokoh
utama yang masih remaja. Gue juga lagi cari-cari buku fiksi karya penulis
Indonesia yang mengusung tema persoalan mental illness dan semacamnya.
Ulasan isi Buku
Bisa dibilang, gue langsung suka sama gaya tulisannya Mba Annisa Ihsani yang lugas dan cerdas. Mengingat tokoh utama nya adalah remaja SMA, dan Amanda tidak
digambarkan sebagai sosok gadis yang cengeng atau pun manja. Disaat ia
menghadapi masalahnya sendiri, walaupun sempat merasa sangat gagal, tapi Amanda
berhasil dikemas dengan karakter seorang remaja SMA yang gigih.
Alur cerita ini maju, alias di masa sekarang. Amanda adalah anak
sulung dari keluarga yang bisa dibilang cukup secara finansial dan dengan kedua
orang tua yang memprioritaskan pendidikan. Tegas, sarkas, kritis dan feminism
adalah beberapa ciri kuat yang terlihat oleh Amanda. Amanda tidak suka
membicarakan hal tidak penting di dalam percakapannya, ia lebih memilih belajar
di kamar dibandingkan hang out dengan teman sebayanya, bukan karena tidak mau
juga, tapi sedikitnya ia agak sulit bergaul dan sahabat yang bisa cocok
dengannya hanya Tommy.
Amanda selalu mengira bahwa hidupnya sekarang adalah yang terbaik
untuknya. Selalu mendapatkan nilai sempurna di segala mata pelajaran,
hubungannya dengan sahabat sekaligus pacarnya juga berjalan dengan baik. Ia,
bahagia, Amanda merasa sempurna di kelilingi dan hidup di lingkungan Kota yang
kecil itu.
Awal mula klimaks dari dilemma yang dirasakan Amanda, sesaat
setelah ia berjumpa dengan kakeknya. Ada satu pernyataan yang membuat Amanda
tidak bisa berhenti berpikir dan bersikukuh membuat alasan dibalik
keberuntungan yang ia dapatkan selama di sekolahnya. Dan juga apa yang terjadi
didalam kelasnya, saat ia menjawab pertanyaan yang salah. Amanda terus berpikir
semua yang terjadi adalah keberuntungan yang cepat atau lambat semua orang akan
mengetahui bahwa ia bukan siswi yang pandai melainkan ia adalah seorang
pembohong besar.
Beberapa waktu setelahnya, Amanda mengalami episode dimana ia
begitu khawatir sampai seperti menjadi “Tidak Merasakan Apa apa sama sekali”,
beranjak dari kasur saja, ia tidak menginginkannya.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Amanda?
Kesan dan Pesan dari Keseluruhan Buku
Gejala depresi yang disampaikan di
dalam buku terlampir cukup jelas digambarkan pada Amanda, ia memiliki beberapa episode dimana ia merasa sangat kecewa
dan tidak merasakan apa apa di dalam dirinya. Walaupun novel ini termasuk Young
Adult, bagi gue buku ini adalah bacaan menarik yang bisa direkomendasikan untuk
remaja diluar sana. Penulis menjabarkan kejadian yang realistis, kita engga
tahu berapa banyak remaja di Indonesia (terutama) yang mengalami hal yang
serupa dengan Amanda, atau bahkan lebih parah. Plot cerita yang sangat gue
suka, ketika Amanda tetap mencoba untuk mencari tahu apa yang sebetulnya
terjadi pada perasaannya, ia tetap terbuka pada perasaannya, ini termasuk
menjadi daya tarik dan kelebihan dari sang tokoh utama, Amanda.
Gue berharap novel semacam ini
bisa mendapatkan perhatian lebih banyak untuk siapapun, tidak terbatas usia. Dan
satu lagi, semoga novelis Indonesia bisa melanjutkan tema-tema kesehatan mental
sebagai plot utamanya.
Pesan yang didapat :
Buku ini cukup banyak memberikan
gue beberapa refleksi diri dari sosok Amanda. Terutama sifatnya yang cukup
terbuka dan berani mengatakan apa yang ada di benaknya, ia juga tegas untuk
umur yang masih dibilang emotionally unstable.
Be aware
of yourself . Ketahuilah
bahwa
Tidak ada yang bisa berhasil sepanjang waktu. Disisi lain, tidak ada yang bisa gagal dalam segala hal. Setiap orang punya jatah kesukesan dan kegagalan (hlm. 161)
- Selesai - Setelah sekian lama gak
mengulas Novel, ini ulasan pertama di Tahun 2020. Terasa banget kaku nya saat menuliskan
review. But, Happy reading, dan sampai jumpa di Review selanjutnya!
Blurb :amazon.com
Semakin ke sini, semakin banyak informasi soal kesehatan mental yang diberikan di luaran sana. Dan medianya juga berbeda-beda, termasuk dari sebuah novel yang membuat sebagian remaja mungkin akan lebih mudah memahami alur ceritanya dan belajar dari pengalaman si tokoh yang ada :D
ReplyDeleteSenang rasanya, karena informasi semakin mudah didapat dengan harapan semakin banyak yang aware atas pentingnya menjaga kesehatan mental. Lebih dari itu, semoga kita bukan saja aware, tapi juga paham bagaimana harus menghadapinya. By the way, cara mba Reka review mudah dipahami dan enak dibaca. Nggak terkesan kaku menurut saya :D
Keep writing and inspiring ya <3
Betul kak, terutama tuntutan anak sekolah sekarang sepertinya semakin bertambah.
DeleteNah, cara menghadapi nya yang kadang mungkin sedikit sulit untuk beberapa orang yang tidak terbiasa menghadapi masalah dgn membuat keputusannya sendiri.
Hehe senang mendengarnya kalau tulisan Reka mudah dipahami. Dan terima kasih kak Creameno sudah berkunjung kembali! 😄