Teman Baru pada Kamis Mendung: Ikan Mas Koi & Penatu
Konon, pada akhirnya sebuah buku akan menemukan pembacanya sendiri.
2 hari yang lalu, Kamis mendung menghampiri
kantor ku secara terang-terangan. Kupikir, hari itu tidak hujan karena cuaca di
pagi hari yang amat cerah. Tapi nyata nya tebakanku salah, tepat 1 setengah jam sebelum jam pulang, hujan pun datang. Pada malam sebelumnya aku bertekad untuk
berkunjung ke toko buku terdekat sepulang dari kantor. Dalam rangka “menghibur
diri” atas 1 setengah bulan yang padat dengan peristiwa-peristiwa menguji mental
dan pikiran. Hitung-hitung, untuk bisa menghabiskan sisa camilan sore juga.
Rencana ini sempat ingin kubatalkan, lantaran
hujan yang kelihatannya tidak ingin pamit undur diri. Tapi kemudian hati kecil
berkata lain, saat hujan perlahan mulai meredakan tangisnya.
hm…kalo kayak gini dapet ojol juga lama dan
mahal. Nunggu dulu kali ya, atau lanjut aja ke tokobuku?
Mikir
Mikir.
Mikir
Mikir.
Mikir……
Setelah terjadi pertengkaran kecil (dengan diri sendiri), akhirnya aku memutuskan untuk mampir ke toko buku, kala itu memilih mendengarkan kata hati. Ketika sampai di toko buku, penat dan rasa
gelisah melesat hilang sesaat. Awalnya aku gak kepengin beli,
sekadar jalan-jalan, melihat judul buku baru apa yang ada saat itu. Mungkin, 1
jam adalah waktu yang terasa sempit untuk dihabiskan bersama buku-buku, sebab
membaca 1 judul dan deskripsinya saja butuh kekhusyukan; untuk memprediksi,
menganalisa (ribet amat) apakah buku ini atau itu layak dan menarik untuk aku
beli.
Setelah berkeliling sebentar, aku sempat pesimis
dengan koleksi buku di toko tersebut. Alih-alih menghampiri rak buku popular, aku
justru menghiraukannya.
Bosan. Padahal belum pernah beli dan baca. Terlalu
banyak yang membicarakan. Aku ingin yang lain, berbeda dan minor.
Sepersekian menit otak berpikir dan berceletuk, Segini saja koleksinya? aku sudah berniat kesini, setidaknya munculkan 1 judul buku yang bisa membuat isi kepalaku bergairah.
INGATAN
IKAN-IKAN
-SASTI
GOTAMA-
Apakah harapanku terkabul?
Apa nih? Judul dan sampulnya menarik. Nama penulisnya terdengar sangat familiar. Kukira penulis luar, ternyata bukan. Dari sampul, sepertinya ini cerita tragis.
Bertahun-tahun kemudian, Penatu Binata hadir
menawarkan jasa mencuci ingatan. Berkat itu, tak ada lagi mimpi-mimpi kelam,
tak ada lagi tawa yang menyakitkan. Sayangnya, Lian dan Ombak tak mengetahui
bahwa ada kekuatan besar di balik Penatu Binata yang ingin meniadakan kenangan
tentang hari itu. (Blurb)
Sekali. Dua kali. Tiga kali. Empat…lima. Tak sempat kuingat berapa kali aku membaca blurb singkat belakang sampul buku, lalu ku- balik depan buku nya, meratapi sampul buku, kemudian berakhir membaca kembali blurb.
Sepertinya, teman kecil
dalam otak-ku akan menemukan teman baru malam ini.
Tidak langsung beranjak pergi menuju kasir, aku kembali meletakkan buku tersebut ke tempat asal nya. Menimbang-nimbang, dan berkeliling kembali. Saat itu aku memang sedang bosan membaca novel misteri kriminal, semenjak tingkat keberhasilanku dalam menebak cerita dalam novel misteri semakin menjadi-jadi. Bukan mau menyombongkan diri, namun jika kamu terlalu sering menikmati suatu karya dengan topik/ide yang serupa, sistem di dalam otakmu akan terbiasa, terlatih dan familiar dengan sendirinya tanpa perlu diberikan asupan berlebih. Jika itu sudah terjadi berulang kali; repetitif, maka yang akan terjadi selanjutnya adalah muncul perasaan jenuh, akan keseragaman dari segi cerita, karakter atapun plot yang sejenis antara 1 buku dan buku lainnya. Lumrah terjadi jika kamu termasuk tipe pembaca yang gampang bosan seperti aku👌😀
Begitulah pengalaman yang
aku alami selama ini. Aku berdalih dengan alasan bosan, menginginkan
sesuatu yang lebih, “WOW”, atau “GAK HABIS PIKIR”, “INI GILA”. Yah, itulah
sifat dasar manusia. Tak pernah puas, kawan.
Demikian, aku memutuskan
untuk membeli buku itu.
Hhh…padahal bukan buku yang
ada dalam daftar wishlist, ….biarin lah.
14 September 2024
Kini, aku sudah tiba di
pertengahan cerita. Konflik bermunculan. Masa lalu menunjukkan wujudnya.
Ingatan merekam semua jejak. Tokoh, bintang utama kita melewati masa-masa kelam
dan kritis. Bertahan atas keadaan. Bertahan untuk tetap hidup, meski menyakitkan.
Namun sepertinya, ingatan telah menggerogoti jiwa mereka, hingga menyisakan infeksi.
Seperempat bagian cerita berlalu,
aku kian berpikir bahwa manusia di masa kini adalah hasil dari pengalamannya di
masa lalu. Pembentukan diri, sebab menjadi – akibat adalah. Semakin aku
berpikir dan menganalisa pernyataan demikian aku tak dapat menyanggah. Sebab, benar terjadi dalam kehidupanku sendiri.
Seru sekali mengikuti kisah romansa antara Ombak dan Lian, di tahun 90an. Manis manis lugu. Tokoh Papi yang ramah dan dermawan, mematahkan prasangka ku terhadap suatu kelompok. Lian, sosok gadis yang berani, cerdas dan suka sarkas, lalu ada Ombak…pemuda tangguh yang meski dikejar-kejar sama deras ombak pahitnya kehidupan, toh tetap menjadi Ombak untuk dirinya sendiri.
Sisa 88 halaman lagi untuk
mencapai akhir dari kisah Ombak dan Lian. Aku penasaran, apa yang dilakukan Penatu
Binata dengan ingatan, kenapa hanya mereka yang diundang? cara apa dan
bagaimana mereka melakukannya. Lalu,
B dan Z. Siapakah kalian ini???
Comments
Post a Comment