The Thing about Luck oleh Cynthia Kadohata (#JanexLiaRC)
Penulis : Cynthia Kadohata
Penerbit : Atheneum Books for Young Readers
Tahun Terbit : 4 Januari 2013
ISBN 13 : 9781416918820
270 halaman
Akses Membaca : Buku Digital
Garis besar cerita :
Secara singkat buku ini bercerita tentang Summer—anak berusia 12 tahun dengan segala macam permasalahan yang menimpa dirinya. Summer berpikir bahwa hidup dia dan keluarganya selalu sial. Mulai dari kepergian orang tua nya untuk kembali ke Jepang, dan Summer harus tinggal sama nenek dan kakeknya yang cerewet. Juga ada tentang Jaz — adik laki-lakinya yang luar biasa cerdas memiliki kecenderungan ADHD.
Summer beserta keluarganya bekerja dengan perusahaan Mr. Parker di bidang harvesting gandum. Kakeknya bertugas mengendarai mesin penuai untuk memanen gandum. Sedangkan dia dan Nenek nya menyiapkan masakan / bekal setiap hari untuk para pekerja.
Musim panen telah datang, itu artinya Summer harus segera bekerja membantu Nenek dan Kakek. Sebelum memasuki cerita inti, penulis terlebih dahulu memperkenalkan konflik yang dialami oleh Jaz; adiknya Summer yang dimana Jaz ini masih gak punya teman, satu pun. Gak ada yang ingin berkawan dengannya, bahkan untuk menyapa saja enggak ada yang tertarik. Summer beserta Nenek dan Kakek sudah berupaya untuk membantu Jaz tapi hasil nya masih nihil.
Setelah itu banyak yang terjadi dalam kisahnya Summer. Summer jatuh cinta, Summer patah hati, Summer terobsesi DEET(lotion anti serangga) & paranoid sama nyamuk (karena pernah terjangkit malaria sampai hampir meninggal), menghadapi ibu Parker yang cerewet, mencemaskan Jaz, anjing Summer mulai berulah lagi, hingga kejadian-kejadian tak terduga lainnya yang menimpa kehidupan Summer. (Gue sengaja gak mau kasih bocoran lebih banyak lagi, karena masih banyak banget cerita seru lainnya yg gak mau gue ceritain, biar kamu baca juga😋)
Tokoh dan karakter :
Summer (tokoh utama)
Karakter Summer digambarkan sebagai anak perempuan yang lugu dan polos, selayaknya anak remaja yang sedang mengalami masa transisi menuju fase remaja awal. Penuh keragu-raguan dan kecemasan akan masa depan. Ia memiliki banyak perselisihan dengan neneknya, tiap hari ada aja masalah. Summer tergolong anak yang penurut, dan sabar; dalam artian gue gak menemukan sama sekali momen Summer marah-marah atau bertindak kasar ketika mendengarkan ceramah dari neneknya. Summer tetap mau menerima dan menuruti kemauan Nenek. Ia juga mengalami trauma terhadap nyamuk dan terobsesi dengan obat DEET.
Tapi anehnya, Summer juga jadi terobsesi dengan nyamuk, ia bahkan punya buku khusus menggambar nyamuk, ia mempelajari berbagai jenis nyamuk dan segala hal yang menyangkut tentang nyamuk.
Obaachan & Ojiichan
Fyi, Summer ini ada keturunan darah Jepang dari keluarga Ibunya.
Nenek (Obaachan) >> keras kepala, cerewet, kaku dan tegas. Ketimbang kakek, karakter Nenek seolah-olah jauh lebih superior dan mengintimidasi dalam pengaruh yang baik. Nampak luar kelihatan dingin tapi hati nya lembut dan sangat peduli, cuman emang si Nenek kayaknya ogah banget untuk menunjukkan emosinya di depan para cucu. Tapi meskipun begitu, nenek pernah “ketangkep basah”, menunjukkan kecemasannya di hadapan Summer ketika dirawat karena malaria.
Kakek (Ojiichan) >> pembawaannya tenang, lembut, bijaksana, pekerja keras dan seorang pendengar yang baik. Summer lebih nyaman kalau curhat dengan kakek ketimbang nenek (yg belom bilang apa-apa, si Summer udah dihukum aja🤣ngakak bgt).
Sebelum Jaz dan Summer tidur biasanya Kakek bakalan kasih satu cerita singkat pengantar tidur, dan disini gue langsung tau kalau kakek jauh lebih lembut ketimbang nenek.
Jaz
Jaz satu-satunya adik Summer. Gue gak tau dia ini kelas berapa karna di buku gak dikasih keterangan, kayaknya sih masih SD. Dia anak yg cerdas, penyendiri, serius(jarang bgt bercanda), pecinta lego dan punya kebiasaan membenturkan kepalanya kalo lagi kesal / marah. Kalau udah kayak gini biasanya Summer yang membantu untuk menenangkan Jaz.
Robbie Parker
Anak dari Mr&Mrs Parker. Tokoh paling gak jelas. Dia juga ikut bekerja memanen gandum. Karakternya tidak begitu digambarkan dengan gamblang oleh penulis. Gue kira awalnya dia bakalan jadi karakter yang keren, atau setidaknya punya satu sifat yang bisa menyenangkan gue sebagai pembaca perempuan hahaha tapi nyatanya tidak. Terutama ketika gue membaca bagian yang bikin “euh apa-apaan, dia lagi bereksperimen atau apa, enggak banget”
Kasian Summer bisa suka sama orang seperti si Robbie. Tapi yah intinya memang jangan mudah menilai dan terpesona dengan sampul depan 👌😌
Mrs & Mr. Parker
Pemilik perusahaan harvesting gandum. Tokoh yang paling menonjol diantara mereka sebetulnya hanya Mrs.Parker. Ia seorang wanita yang amat sangat detail terhadap segala sesuatu, cerewet kalo sudah membahas soal makanan, terlihat cuek namun perhatian.
Mick
Tokoh Mick baru sering muncul pada 2 atau 3 bab sebelum mencapai ending cerita. Mick seorang pemuda yang juga bekerja untuk perusahaan Mr. Parker. Ia pekerja keras, terlihat dingin dan ketus. Summer tidak menyukai nya ketika pertama kali bertemu, ia menilai bahwa Mick bukan pria yang baik dan punya sifat yang tidak menyenangkan. Tapi ternyata.......?? Tidak sodara-sodara. Sifat aslinya baru terlihat perlahan ketika Summer mendapatkan masalah, bahkan Summer sempat berharap jika seandainya Mick bisa menjadi abangnya.
Kesan setelah membaca:
Awalnya gak berencana untum membaca buku ini. Asal comot nemu di iPusnas. Sempat menyangka awalnya kalau penulis Cynthia Kadohata adalah seorang penulis Indonesia campuran Jepang tapi ternyata bukan. Beliau merupakan penulis asal Amerika & Jepang.
Selama membaca bab awal sampai pertengahan bab, gue sempat mengalami kebosanan dan gak merasakan apa-apa dengan kisahnya si Summer, flat aja gitu. Mungkin karena tokoh utamanya adalah seorang bocah 12 tahun dengan penggambaran karakter sebagai anak yang lugu dan polos, bukan anak yang suka bikin masalah, membuat gue merasa gak ada tantangan saat membaca buku ini. (Jadi gue memang lebih suka sama cerita yang mengandung kegaduhan😂)
Masa ceritanya begini-gini aja, lempeng banget.
Dan ditambah lagi si Summer menjelaskan remeh temeh tentang gandum dan cara memanen gandum dengan cukup detail. Penjelasannya juga gak cuman sekali / dua kali tapi lebih dari 3 kali. Sampe kadang, gue baca sambil ngantuk karna gak paham soal per-ganduman😅. Jadi kuhanya bisa bersabar sampai menemukan konflik klimaksnya.
Itulah yang gue pikirkan dan rasakan kira-kira sepanjang 100hlm. Namun! Apa yang membuat gue bertahan untuk tetap melanjutkannya hingga tamat?? Oke, gue akan membocorkan alasan kenapa akhirnya buku ini jadi asik buat dibaca, gue memang sengaja memaksakan diri harus baca sampe tamat meskipun gue tau buku ini agak membosankan karena gue gak cukup familiar dengan cerita adem ayem seperti ini. (iya emang kadang gue bisa sekeras batu kalo udah menyangkut soal buku).
Kenapa gue jadi suka sama ceritanya?
Pertama, karena diceritakan melalui POV orang pertama yang disampaikan oleh anak yang terobsesi sekaligus paranoid dengan nyamuk dan serangga.
Ini sangat menarik dan menjadi salah satu daya pikat dari buku ini. Gue belum pernah membaca novel dengan isinya tentang anak yang terobsesi sama nyamuk?!! Walaupun si nyamuk tidak menjadi cerita utama tetapi penulis berhasil membuat kecemasan Summer terhadap nyamuk sebagai cerita pendamping yang cukup berpengaruh terhadap keseluruhan kisahnya.
Pasca terjangkit malaria, Summer punya kebiasaan untuk membaluri sekujur tubuhnya dengan lotion DEET. Penulis cukup gamblang menjelaskan bagaimana Summer merasa cemas kalau sampai lupa pakai lotion, dan obsesinya terhadap nyamuk juga menjadi alasan kenapa gue semakin tertarik dengan kehidupan Summer. Bahkan ada sedikit penjelasan darinya mengenai kecepatan nyamuk saat terbang😂. Summer juga mempunyai pengetahuan lebih soal per-nyamukan ini, misalnya tentang sayap, bulu atau perbedaan antara nyamuk jantan dan betina. Celotehan Summer tentang nyamuk kadang bikin gue ketawa. Seandainya penulis mengorek lebih jauh tentang hubungan antara Summer dan nyamuk pasti bakalan lebih seru lagi, gue bahkan membayangkan kalau saja si Summer ini menderita OCD gara-gara impulsif selalu pake lotion setiap abis mandi, padahal dia sendiri bilang ya itu lotion gak memberi pengaruh besar dan tidak menjamin nyamuk gak bakalan gigit, wkwkwk.
Kedua. Proses pendewasaan Summer. Transisi menuju fase remaja awal.
Aku bahkan tak tau apakah aku mau menjadi dewasa. Karena kalau jadi orang dewasa, tanggung jawabku semakin banyak, semakin banyak konsekuensi. - Summer
Harus gue akui, gue salut dengan perkembangan diri Summer selama ditinggal oleh kedua orang tuanya. Penulis tidak langsung menunjukkan proses yang berkembang pesat namun secara perlahan ia membuat karakter Summer semakin hidup dan tumbuh. Summer meragukan dirinya sendiri, ia seolah menolak untuk menjadi dewasa, ia kadang gak sanggup membayangkan seperti apa menjadi orang dewasa. Namun, dengan segala macam masalah dan pengalaman nyata yang dihadapinya, mau tidak mau, siap tidak siap, Summer harus bersedia menghadapi apapun yang akan terjadi, bagaimanapun proses dan hasil akhirnya. Summer yang takut dengan nyamuk mulai mengabaikan keberadaan mereka dan berani menghadapi ketakutannya, Summer yang sempat kecewa dengan orang yang disayanginya perlahan mulai menerima kenyataan pahit, Summer yang khawatir dengan keadaan Jaz beserta Nenek dan Kakeknya mulai mencoba segala cara untuk berani membantu mereka.
Kecemasan dan keragu-raguan yang disalurkan melalui karakter Summer mengingatkan gue dengan masa lalu. Dimana di usia yang sama, gue juga pernah mengalami ketakutan dan kecemasan yang dirasakan Summer. Takut mengecewakan orang tua, takut melakukan kesalahan, takut dengan kegagalan, takut diomelin sama orang tua, sampai mencemaskan hal-hal yang gak perlu. Hingga terkadang, niatnya mau bantuin orang tapi malah melakukan kesalahan. Akhirnya gak mau mengerjakan hal itu lagi di lain waktu. Disinilah proses pembentukan karakter seorang anak dapat diuji dan terlihat. Summer dibiarkan untuk membuat keputusan sendiri, Neneknya hanya membantu melalui saran (kadang malah omelan dan ceramah pake marah-marah), sisanya Nenek menyerahkan kepada Summer, begitu juga dengan Kakek terhadap Summer.
Karena gue termasuk pembaca yang mudah tersentuh dengan cerita yang kayak begini, membaca bagian perjuangan Summer atas permasalahan yang datang silih berganti, berhasil membuat gue ingin mengetahui kisahnya lebih lanjut lagi. Gue ingin tau apa yang akan terjadi pada Summer, rencana apa yang akan ia lakukan untuk masa depan, apakah ia berhasil atau gagal atau dapat merasakan kedua-duanya.
Bagian paling favorit :
Banyak sekali, gue akan menuliskannya sebagian aja.
- Pembuka cerita. Ketika Summer, Nenek dan Kakek mengundang teman-teman sekelas Jaz untuk datang kerumahnya, sebagai tes ombak "apakah memang betul gak ada satupun yang berminat untuk berteman dengan Jaz?". Sedih banget pas tau ternyata Jaz tidak sekuat yang gue kira, lagipula dia kan masih kecil, pasti sedih mengetahui fakta gak ada yang mau berkawan dengannya.
- Summer dan Nyamuk. hahaha entah kenapa ini bagian paling menarik dan favorit. Summer membenci nyamuk tapi juga menerima nyamuk sebagai objek pengetahuan.
- Komentar Nenek tentang laki-laki (nyindir Robbie tapi yang kena semprot malah Summer LOL)
"laki-laki tidak peduli apakah seorang wanita pandai memasak sampai mereka siap menikah" .
Hahahaha gue bahkan gak tau harus berkomentar apa.
- Short chapter (meminjam istilah dari Lia). Bisa dibilang ini adalah kelebihan dari buku. Meskipun terdiri dari 16 bab tapi buku ini memiliki cerita singkat di setiap bab nya, gak sampe berpuluh-puluh halaman. Cara seperti ini dapat dijadikan sebagai alternatif supaya pembaca gak mudah bosan selama membaca.
- Saat Summer mengendarai mesin penuai gandum, gue ketika baca langsung ngebayangin bocah perempuan 12 tahun duduk diatas mesin yang gue gak tau berapa beratnya mesin itu, atau gimana cara memakainya, ya gokil aja si Summer, kegigihannya patut diapresiasi.
- Summer dan buku A Separate Peace. Selain sedang libur sekolah dan membantu bekerja di ladang gandum, Summer memiliki tugas dari gurunya untuk membaca satu buku dan membuat semacam ulasan. Awalnya, Summer banyak mendengar kalau buku ini buku paling jelek yang pernah kawannya baca, tapi demikian hari ia justru tidak sependapat dengan opini temannya. Ia beranggapan buku tersebut tidak jelek tapi tidak bisa dibilang bagus juga. Justru dari buku itu ternyata Summer mendapat wawasan baru tentang kehidupan. Kenapa gue suka bagian ini? Tentu saja karena gue pernah mengalami kondisi yang sama dengan Summer, wkwkwk.
- Percakapan antara Summer dan Kakek tentang cinta dan kisah percintaannya Summer.
Kesimpulannya..
Secara keseluruhan, buku ini telah menjawab harapan gue sebagai pembaca yang jarang membaca buku-buku middle grade. Dari segi alur, memang agak lambat diawal dan sedikit monoton dengan adanya penjelasan soal gandum tapi sebenernya gak terlalu banyak cuman memang karena gue gak familiar sama topik yang dibahas oleh Summer. Untungnya, buku ini jadi lebih terasa berwarna dan hidup berkat kekuatan karakterisasi yang cukup menonjol dan menghibur. Gaya bercerita penulis sangat mengalir, narasinya terbilang singkat dan ringan juga gak bikin mumet, tidak ada momen dramatisasi, penulis menuangkannya dengan cara yang natural, apa adanya dan nyaris seperti membaca kisah nyata dari pengalaman seseorang.
Singkatnya, meskipun jarak antara umur gue dan Summer terlalu jauh tetapi setidaknya gue juga mendapatkan pembelajaran hidup melalui kisahnya Summer. Bahkan di umur setua ini terkadang manusia juga gak luput dari kesalahan dan seringkali melarikan diri dari masalah. Semua butuh proses, semua butuh waktu, dan keberuntungan memang gak akan selalu hadir dalam hidup, yakni meyakinkan manusia untuk tetap percaya bahwa kegagalan juga bagian dari sebuah proses menuju ke arah dan hasil yang lebih baik :')
Penutup - Kutipan-kutipan favorit
Aku ingat apa yang pernah kakek katakan bahwa ketika melakukan sesuatu yang buruk, aku sebaiknya menjalani prosesnya dengan cepat. Alih-alih diam saja dan mengkhawatirkannya - 153
Dalam hidup tidak ada yang sepele - 220
Kadang kita harus melakukan hal yang bodoh untuk melakukan yang benar. Tapi,yang benar lebih penting daripada hal yang bodoh - 163
Aku bahkan tak tau apakah aku mau menjadi dewasa. Karena kalau jadi orang dewasa, tanggung jawabku semakin banyak, semakin banyak konsekuensi. - 157
📚
Sekian terima kasih banyak untuk teman-teman yang sudah membaca sampai akhir. Buku ini gue baca dalam edisi Bahasa Indonesia melalui aplikasi iPusnas dengan judul The Thing About Luck (Selalu ada keberuntungan).
*Info lanjut tentang perjalanan Reka bersama buku-buku bacaannya? Kunjungi langsung akun Goodreads dan The Story Graph dengan username @hllreka :)
Langsung aku pinjam soalnya penasaran sama pengamatan Summer soal nyamuk dan gandum hahahaha. Makasih mba Reka reviewnya.
ReplyDeleteSoal nyamuk sebenernya gak terlalu dominan Kak, tapi menghibur baca celetukan-celetukannya Summer yg kadang2 suka mendadak ngomongin ttg nyamuk wkwk.
DeleteSama-sama Kak Endah! semoga cocok dengan bukunya :'))
Yaampunnn unik banget alasan terobsesi dengan nyamuk karena pernah kena malaria. Jadi inget beberapa kenalan yang udah alumni corona, mereka jauh lebih bawel dalam prokes 😂
ReplyDeleteAku jarang banget baca buku yang tokoh utamanya anak remaja, karena ya itu sih nulis tentang dunia anak-anak itu kayaknya nggak mudah. Tapi untung akhirnya kamu nemu kesenangan dari buku ini yaa.
Thank youuu, review-nya, Reka! 🥰
wkwkwk... sampe punya notes khusus untuk gambar nyamuk kak, ini lucu sekali sih. ah iya belajar dari pengalaman gak enak biasanya justru bikin kita aware dengan sesuatu yg sebelumnya gak pernah kita pikirkan ><
DeleteKalau middle grade kayak gini, aku juga baru pertama kali baca Kak Jane. YA mungkin masih sering ya. ho oh betul kak, aku berasa menemukan diri aku sewaktu abg dulu dari isi pemikiran si tokoh utamanya yg kelewat polos bahkan lebih lugu dari adiknya wkwkwk.
Sama-sama Kak Jane, makasih juga sudah menyempatkan diri untuk mampir kesini :D